Jumat, 25 Oktober 2013

Pemantau Kendaraan Otomatis dgn GPS Berbasis GPRS

 Pemantau Kendaraan Otomatis dgn GPS Berbasis GPRS

Sistem pemantau kendaraan ini dibangun dengan memanfaatkan kemajuan dari perkembangan teknologi satelit yang telah maju saat ini. Teknologi satelit ini meliputi satelit untuk komunikasi maupun satelit untuk navigasi. Perkembangan yang pesat dari satelit komunikasi membawa dampak berupa meluasnya penggunaan jaringan GSM (Global System for Mobile Communication). Sedangkan perkembangan satelit navigasi berupa dapat digunakannya sistem GPS (Global Positioning System) oleh warga sipil secara bebas.
Gambar 1. Segmen Utama Sistem GPS
Mikrokontroler yang digunakan pada sistem ini berfungsi sebagai pengatur lalu lintas data antara modul GPS, modul GSM, dan MMC/SD. Data posisi yang diterima oleh unit penerima GPS akan dipecah-pecah dengan format tertentu oleh mikrokontoler. Data posisi dari satelit GPS yang sudah dipecah-pecah tersebut kemudian akan dikirimkan melalui mikrokontroler menuju ke server. Pengiriman data posisi dari mikrokontroler ke server dengan modul GSM melalui jaringan GPRS. Secara garis besar Blok Navigasi dapat dilihat gambar 2.
Gambar 2. Blok Diagram Sistem Navigasi

Selain mengirim data GPS ke server, pada sistem juga dilengkapi dengan media penyimpan MMC/SD. Data GPS yang telah disimpan pada MMC/SD kemudian akan dibaca pada dengan software penampil peta elektronik, OziExplorer memungkinkan pengguna awam untuk dapat mengetahui posisi kendaraan karena berupa tampilan peta visual. Gambar berikut menggambarkan pusat kontrol untuk menampilkan data GPS yang disimpan pada MMC secara visual yang dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3. Blok Diagram Sistem Navigasi
 
Dari gambar 4  blok diagram sistem di atas, dapat dilihat setelah proses inisialisasi mikrokontroler telah dilakukan, maka setiap prosedur akan dicek. Hal ini untuk memastikan apakah sistem telah berjalan dengan baik
Gambar 4. Flow Chart System
Pusat kontrol dalam sistem pelacakan kendaraan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai media untuk melihat data hasil pelacakan yang telah disimpan pada MMC maupun untuk melihat data pelacakan yang berlangsung secara real time dimana data GPS dikirimkan ke server yang ada melalui jaringan GPRS dan pada karya tersebut ini, peta yang di-load ke OziExplorer dalam bentuk 2D. Supaya software OziExplorer ini dapat dikontrol dari Delphi, maka diperlukan OziExplorer API. Dimana OziExplorer API sudah mempunyai DLL yang mengandung banyak fungsi yang dapat dipanggil oleh pengguna dan software ini bisa terlihat pada gambar 5.
 
Gambar 5. Software OziExplorer
Untuk melihat hasil pelacakan secara pasif, pertama-tama pusat kontrol mencari file GPS yang telah dibuat. File ini tersimpan didalam kartu SD/MMC alat. File kemudian dibaca pusat kontrol, dan ditampilkan pada program OziExplorer.
Gambar 6. Software Tampilan Mode Offline
Data yang disimpan pada MMC mempunyai format seperti di bawah ini:
·         Latitude          :  0716.6231S
·         Longitude       :  11245.2575E
Software OziExplorer mengharuskan untuk melakukan proses konversi supaya data posisi dapat ditampilkan pada peta dengan presisi. Hasil data di atas setelah dikonversi menjadi seperti berikut:
·         Latitude          :  -7.27707S
·         Longitude       :  -112.754295E
Pada mode pelacakan aktif, alat akan mengirim data GPS yang didapat dari satelit secara terus menerus dengan menggunakan jaringan GPRS.
Gambar 7 Mode pelacakan aktif
 
Untuk Analisa Biaya
Dalam penggunaan alat pemantau kendaraan ini, ada dua mode pemantauan, yaitu mode pemantauan aktif dan mode pemantauan pasif. Pada mode pemantauan pasif, data posisi akan disimpan ke dalam media penyimpanan MMC/SD, sehingga pada mode pemantauan ini tidak dibutuhkan biaya apapun.
Sedang pada mode pemantauan aktif, maka alat akan selalu mengirim data posisi dari GPS dengan interval waktu tertentu ke server. Sebagai permisalan apabila suatu kendaraan berjalan dari Surabaya menuju Malang dan waktu tempuh di perjalanan diperkirakan memakan waktu tiga jam, sedangkan waktu pengiriman data posis setiap 2 menit sekali. Setiap pengiriman data dengan GPRS, jumlah karakter yang harus dikirim adalah sebanyak 22 karakter, maka jumlah data total sebesar 1980 byte. Dengan tarif GPRS sebesar Rp. 15 per kByte maka total biaya yang diperlukan menjadi sebesar Rp30 Rupiah.
Pada pengiriman dengan menggunakan SMS, maka sepanjang perjalanan, kendaraan akan mengirim SMS sebanyak 90 kali dengan interval waktu yang sama. Satu kali pengiriman SMS membutuhkan biaya sebesar Rp. 350,- (biaya saat alat dibuat dengan mengabaikan biaya promosi yang mungkin timbul) maka total biaya SMS untuk satu kali perjalanan adalah sebesar Rp 31.500 Rupiah.
Jadi penggunaan GPRS dapat lebih menghemat biaya operasional daripada pengiriman dengan menggunakan SMS.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa langkah yang telah ditempuh dalam pembuatan karya ini dapat disimpulkan beberapa hal penting yang diperoleh :
a.         Pengiriman data menggunakan koneksi GPRS memerlukan modul GSM dengan built-in TCP/IP stack, apabila menggunakan telepon selular GSM maka harus mengimplementasikan software TCP/IP stack pada mikrokontroler.
b.         Pada koneksi GPRS harus diketahui APN (Access Point Name) terlebih dahulu.
c.         Dengan koneksi GPRS, maka dapat lebih menekan biaya operasional secara keseluruhan dibandingkan jika menggunakan media SMS.
d.        Penggunaan MMC/SD jauh lebih efisien dan praktis jika dibandingkan media penyimpanan data lainnya.

Sumber: http://www.stts.edu/home/detailKarya/id/47 diakses pada 25 Oktober 20:54 WIB

Manfaat Perkembangan Teknologi Informasi bagi Pendidikan

 Manfaat Perkembangan Teknologi Informasi bagi Pendidikan

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi dan teknologi komunikasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat pertukaran pikiran.
Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e- seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.

Kecenderungan perkembangan dan implikasi dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
  1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning)
  2. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
  3. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online. Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
  • Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
  • Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
  • Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
  • Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.
  • Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.
  • Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Sumber: http://pk.sps.upi.edu/?p=72 diakses pada 25 Oktober 2013 20:50 WIB

Terancam

Saat ini hanya sekitar 400 ekor harimau diperkirakan tersisa di hutan-hutan hujan Sumatra – yang berkurang secara pesat – seperempat juta hektar tiap tahunnya. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp/HTI (Hutan Tanaman Industri) adalah penyebab hampir dua pertiga kerusakan habitat harimau dalam kurun waktu antara 2009 sampai 2011, periode paling akhir dimana data resmi pemerintah Indonesia tersedia. Kerusakan semacam ini memfragmentasi wilayah besar hutan ruang hidup harimau untuk berburu. Keadaan ini juga meningkatkan kontak dengan manusia; yang mengakibatkan meningkatnya perburuan harimau liar untuk perdagangan kulit dan obat-obatan tradisional serta meningkatnya serangan harimau yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dan harimau.

Menurunnya populasi harimau Sumatra adalah indikasi hilangnya hutan, keanekaragaman hayati dan juga kestabilan iklim. Musim kemarau ini kebakaran besar yang disengaja maupun tidak, berkobar di Sumatra terutama di provinsi Riau dan menghancurkan ratusan ribu hektar hutan hujan – termasuk hutan lahan gambut dalam yang merupakan habitat terakhir harimau di provinsi ini. Kebakaran tersebut tercatat memecahkan rekor yang mengakibatkan terlepasnya gas rumahkaca (GRK) dan polutan dalam jumlah besar dimana kabut asapnya yang jauh hingga mencapai Thailand.
Menurut pemerintah Indonesia, 85% dari emisi GRK
negri ini berasal dari perubahan peruntukan lahan (terutama yang berkaitan dengan deforestasi untuk perkebunan atau pertanian), dan sekitar separuhnya berkaitan dengan lahan gambut. Bahkan habitat harimau Sumatra dalam wilayah lindung seperti Taman Nasional Tesso Nilo yang terkenal di dunia telah dihancurkan oleh perambahan untuk produksi minyak kelapa sawit ilegal, dan pejabat pemerintahpun mengakui bahwa perlindungan wilayah ini hanya ada di atas kertas.


Sumber: http://www.greenpeace.org/seasia/ diakses 25 Oktober 2013 20:45 WIB

Industri VSAT di Indonesaia

Industri VSAT Di Indonesia, Dan Peranan CSM Saat Ini 
Dan Di Masa Depan

PT Citra Sari Makmur, atau "CSM", memulai pengoperasian VSAT pada tahun 1989, yang kemudian berkembang menjadi operator VSAT pertama di Indonesia.
Pada mulanya VSAT terutama ditujukan kepada pasar perusahaan (korporasi) di Indonesia: yakni badan-badan hukum yang beroperasi secara nasional dan membutuhkan komunikasi data on-line untuk transaksi-transaksi keuangannya, online integrated data base dan juga dalam konsolidasi laporan.
CSM dibangun dan dipimpin oleh seorang pengusaha Indonesia yang memiliki visi ke depan, Bapak Subagio Wirjoatmodjo, yang sekarang ini juga aktif sebagai anggota Dewan Pengurus Harian MASTEL (Masyarakat Telematika Indonesia, the Indonesian Infocom Society).
Saat ini CSM merupakan pelaku pasar yang menguasai 64% pangsa pasar di antara operator VSAT lainnya, serta memiliki 34% dari keseluruhan populasi VSAT di Indonesia. Hal ini menurut laporan yang diterbitkan oleh Comsys, konsultan penelitian dari London, Inggris. CSM adalah salah satu dari lima pemain besar di kawasan Asia Pasifik, dan untuk salah satu produknya, yakni SCPC, menjadi pemimpin pasar di kawasan Asia Pasifik.

Teknologi.

Teknologi yang paling sering dipergunakan adalah VSAT TDM/TDMA yang memungkinkan operator bisa membagi penggunaan transponder secara bersama antara para pelanggan yang masing-masing memiliki persyaratan sendiri-sendiri dalam hal response time (waktu tanggap) dan traffic pattern (pola lalu-lintas). Walaupun penggunaan teknologi ini ternyata membuat waktu tanggapnya lebih lama (meski masih dapat diterima), biaya bulanannya ternyata sangat menarik dan membuat produk ini diterima secara luas di kalangan industri perbankan dan perusahaan distribusi.

Meskipun VSAT TDM/TDMA telah membuktikan keandalannya dalam menyediakan produk dengan kinerja terbaik dengan ongkos terendah, beberapa dari pelanggan yang sadar akan kualitas ternyata lebih menyukai hubungan SCPC (Single Carrier Per Channel) untuk kebutuhan komunikasi mereka. Oleh sebab itulah CSM kemudian menyediakan dan mengembangkan jenis jasa ini. Pada saat ini terbukti bahwa jenis jasa ini menciptakan pendapatan lebih besar daripada teknologi TDM/TDMA. Para pengguna jasa ini biasanya datang dari kalangan industri perminyakan, pertambangan, dan perkayuan.
Ketika muncul konsep bandwith on demand (lebar pita berdasarkan permintaan), beberapa penjual menawarkan DAMA (Demand Assigned Multi Access). Keuntungan utama yang ditawarkan oleh DAMA adalah penggunaan pita yang efisien melalui pengelolaan alokasi lebar pita bagi para pengguna dengan aplikasi yang berbeda dan waktu yang berbeda-beda pula. CSM selanjutnya juga menyediakan produk ini. Tetapi berlawanan dengan perhitungan teoretisnya, ternyata produk ini tidak diminati karena waktu kegiatan dari para pengguna ternyata memiliki pola yang mirip satu dengan lainnya. Lebih buruk lagi, kuallitas produk ini lebih rendah bila dibandingkan dengan SCPC.

Untuk menyediakan berbagai jasa, CSM mengiku-sertakan berbagai pihak, di antaranya Scientific Atlanta, Hughes Network Systems, Gilat, Commstream, Agilis, Codan, Prodelin, serta tak terhitung banyaknya pemasok alat-alat pendukung.

Industri VSAT di Indonesia.

Saat CSM tengah berkembang, beberapa operator lainnya juga memasuki pasar VSAT karena tertarik dengan prospek yang menjanjikan di sektor telekomunikasi ini. Operator kedua yang muncul adalah Lintasarta yang memfokuskan diri untuk melayani perbankan dan institusi keuangan lainnya. Beberapa bank besar kemudian menggelar jaringan VSAT masing-masing. Pada saat itu, agar secara ekonomis menarik, jumlah minimum VSAT remote diperkirakan sekitar 200. Saat ini sudah lebih dari lima-belas izin yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usaha jasa VSAT ini. Beberapa perusahaan itu di antaranya adalah Primakom, Patrakom, Sanatel, Tangara, Lintasarta, dan tentu saja CSM.

Kasus Pelanggan Korporasi.

Pelanggan utama dari VSAT adalah institusi keuangan, distributor, perusahaan sektor perminyakan dan pertambangan, serta perkayuan. Lebih dari 70% pengguna VSAT datang dari kalangan perbankan dan institusi keuangan.

Ketika jasa VSAT diperkenalkan pada tahun 1989, keadaan saluran tembaga saluran telepon yang disewakan sangatlah menyedihkan, baik dalam hal ketersediaan, kehandalan serta kapasitasnya. Ketika deregulasi perbankan mulai berlaku pada awal 1990-an, kebutuhan untuk membuka cabang-cabang yang terhubung on-line dan lokasi ATM meningkat dengan sangat tajam, sehingga mengisi daftar tunggu dari saluran yang disewakan di setiap kantor telepon PT Telkom. Menggunakan VSAT adalah menjadi satu-satunya solusi yang tersedia dan cepat untuk menjawab tantangan tersebut. Transaksi on-line menjadi cara baru untuk bersaing antar bank. Beberapa bank besar segera menggelar jaringan VSAT mereka sendiri beberapa tahun kemudian.

Di sektor distribusi, kawasan kepulauan seperti Indonesia menimbulkan dua permasalahan: transportasi dan pemeliharaan inventaris. Transportasi di Indonesia bisa memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu untuk daerah-daerah terpencil. Demi menjamin tingkat penyediaan jasa yang memadai, inventaris haruslah dipertahankan pada tingkat yang memadadi. Seandainya seluruh status inventaris dapat dipantau, maka inventaris nasional dapat dikelola sebagai suatu kesatuan dengan lebih efisien. Selain itu, kecepatan layanan kepada para pelanggan juga dapat lebih terjamin dan terprediksi. Perusahaan-perusahaan distributor yang menjadi pelanggan CSM mengakui bahwa jasa-jasa VSAT memberikan sumbangan yang besar dalam proses usaha mereka.

Apabila lembaga-lembaga keuangan serta perusahaan-perusahaan distribusi menggunakan VSAT untuk transaksi real on-line, maka industri perkayuan justru lebih menyukai jasa VSAT untuk mengirimkan laporan berupa batch. Laporan-laporan tersebut digunakan untuk mengontrol transportasi kayu dari hutan ke tempat-tempat tujuan, seperti tempat penggergajian kayu, pabrik plywood, dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk memenuhi peraturan pemerintah serta demi mencegah penebangan kayu ilegal.

SCPC VSAT untuk Internet .

Pada pertengahan tahun 1990-an, sesuai perkembangan dunia di bidang Internet, ISP (Internet Service Provider, atau penyedia jasa Internet) mulai menjamur di Indonesia. ISP-ISP tersebut membuka POP mereka dimana-mana. Kurangnya ketersediaan hubungan tulang-punggung antar kota (backbone), selain kurang andalnya serta mahalnya backbone itu, menjadikan SCPC sebagai produk kesayangan para operator penyedia jasa Internet. Hampir semua penyedia jasa Internet menggunakan jasa-jasa CSM untuk menyalurkan lalu lintas Internet antar-kota. Sayangnya momentum ini tidak bisa bertahan. Rendahnya tingkat penetrasi pengguna Internet dan PC (komputer pribadi) dan tingginya biaya penggunaan pita frekuensi ke Amerika Serikat membuat para penyedia jasa Internet merugi. Hal ini mengakibatkan bertumpuknya surat-surat piutang yang tidak dapat dilunasi, yang akhirnya menjadi beban untuk CSM. Para penyedia Internet ini selanjutnya pindah ke solusi frame relay melalui jaringan teresterial yang menyediakan harga yang lebih murah serta delay time (waktu tunda) yang lebih singkat. Namun demikian, tetap tidak dapat dibayangkan perkembangan Internet di Indonesia saat ini tanpa adanya sumbangan awal dari CSM.

TDMA VSAT untuk Teleponi Pedesaan.

VSAT untuk teleponi pedesaan dimulai pada tahun 1996. Saat itu Divre VII (Divisi Regional VII) PT Telkom untuk Indonesia Timur sedang mencari solusi untuk mencapai target Universal Service Obligation (Kewajiban Penyediaan Jasa Universal) wilayah mereka. Kawasan Timur memiliki banyak gugusan kepulauan, berpenduduk sedikit dan tidak memiliki jaringan tulang punggung seperti kawasan Indonesia Barat. VSAT dipilih karena waktu instalasinya yang cepat dan tidak perlunya membangun jaringan backbone terlebih dahulu. Perangkat lunak penagihan selanjutnya dapat dibuat untuk menyesuaikan diri terhadap peraturan tarif yang berlaku. Call Data Record (Catatan Data Panggilan) yang berasal dari jaringan VSAT dapat dibaca oleh Pusat Pemrosesan Data PT Telkom (PT Telkom Data Processing Center) sama seperti CDR baku.

VSAT di tempat terpencil lalu digunakan sebagai warung telekomunikasi yang menggunakan meter penghitung percakapan. Orang dapat menggunakan telepon dengan harga standar bagi setiap penggunaan telepon yang normal. Para operator di warung telekomunikasi memperoleh keuntungannya dari tarif diskon yang diberikan oleh Telkom. Melihat bahwa model proyek ini berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntungan, maka teknologi dan skema usaha yang sama diadopsi oleh Telkom Divre VI yang membawahi pulau Kalimantan yang memang sangat luas itu. Pada saat ini terdapat lebih dari 500 VSAT yang dipasang di kedua kawasan ini. Kalau saja krisis ekonomi tidak melanda Asia, dan Indonesia pada khususnya, bukan tidak mungkin saat ini akan terdapat lebih banyak VSAT. Saat terjadinya krisis ekonomi, beberapa proyek VSAT (dengan rencana ribuan VSAT) sedang dalam proses negosiasi dengan Telkom.

Kemampuan Internet.

Keuntungan lainnya dari VSAT TDMA bila dibandingkan dengan solusi pedesaan lainnya adalah kemampuannya dalam menyalurkan lalu-lintas Internet. VSAT dengan pita lebar dapat menawarkan 40Mbps (40 mega byte per detik) bagi penyaluran data digital. Dengan menggunakan teknologi spoofing TCP dan akselerator TCP, masalah kelambatan transmisi (transmission delay) dapat diperkecil.

Menyediakan Internet di daerah pedesaan dapat merupakan peran yang penting dalam kerangka upaya memperkecil Digital Divide (Kesenjangan Digital). World Summit on the Information Society (WSIS-Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Masyarakat Informasi) telah menetapkan sasaran bahwa di tahun 2015, separuh dari populasi dunia harus telah memiliki akses ke Internet. Bagi Indonesia yang saat ini baru memiliki angka 3,4% keterhubungan dengan Internet bagi keseluruhan penduduknya, usaha habis-habisan harus dilakukan. Penyediaan akses Internet ke daerah pedesaan akan bermanfaat. Selain membuat orang tidak lagi terisolasi, penyediaan akses Internet juga dapat membantu dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Suatu program pendidikan dapat ditayangkan bersamaan waktu di sejumlah besar ruangan kelas di desa-desa, sehingga menjamin agar semua sekolah memiliki sumber pendidikan yang mirip satu sama lainnya. Diskusi-diskusi interaktif juga dapat diselenggarakan melalui aplikasi browser, atau bahkan penggunaan saluran telepon yang memakai terminal VSAT.

Seandainya setiap kampung memiliki dan memasang VSAT-nya masing-masing, maka kebutuhan temporer dan keperluan dalam keadaan darurat, misalnya dalam rangka penanganan bencana alam, untuk keperluan pemilihan umum, akan dapat dilayani dengan cara yang lebih terencana.

Perkiraan Masa Depan.

Penggunaan saluran teresterial (dengan kabel tembaga) dilakukan sepenuhnya oleh Telkom yang sering disebut sebagai incumbent telephony operator (POTS operator). Jumlah dari saluran pelanggan tembaga ini kurang dari 10 juta dan terpusat di kota-kota besar, serta tidak melayani sekitar 80,000 desa di keseluruhan 17,000 pulau di Indonesia. Dalam paradigma baru, jaringan data dengan pita lebar/packet switched network akan menggantikan jaringan telepon yang sudah ada, yang menggunakan teknologi circuit switched network. Dalam hal ini, maka PT. TELKOM juga menggelar VPN/MPLS, serta jaringan xDSL di semua kapubaten (yang berjumlah sekitar 400-500 kabupaten) di Indonesia. Namun demikian, saat ini jaringan mereka hanya melayani sekitar 200 POPs. Sasaran USO Pemerintah harus mampu melayani desa-desa yang tak terjangkau, sementara industri "distribusi" serta industri perbankan (retail banking) mengharuskan perkembangan yang cepat, yakni yang setidaknya meliputi 5,000 kecamatan.

Jalan keluar yang terbaik bagi daerah pedesaan di Indonesia dalam kerangka paradigma baru ini, serta konvergensi jasa teleponi dengan jasa akses Internet, tetaplah dengan penggunaan terminal-terminal VSAT. Permintaan akan terminal VSAT, dengan demikian, saat ini tetap marak.

Pada beberapa kasus, VSAT memiliki kinerja yang lebih baik daripada teknologi teresterial, khususnya di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan karena kesederhanaan pengawasan serta pemeliharaan jaringan. Pada system VSAT, hanya beberapa bagian yang perlu diawasi secara seksama. Oleh karena itu untuk perbaikan, pemeliharan dan penggantian dapat dilakukan secara cepat dan mudah. Bagi segolongan pelanggan, jenis jasa seperti ini, dan yang selanjutnya didefinisikan dalam SLA (service level agreement), justru lebih penting daripada hanya sekedar berhemat saja.

Keuntungan lainnya dari VSAT dibandingkan dengan moda teresterial adalah sifat dari teknologi nir-kabel yang memiliki kemampuan multicasting. Dengan VSAT, pelaksanaan pita lebar sama sederhananya dengan penggunaan pita sempit. Faktor utamanya adalah berkaitan dengan biaya lebar pita pada transponder, serta kualitas keterhubungan dengan satelit (satellite link budget). Apabila "ketersediaan" atau availability, misalnya untuk jasa Internet bagi rumah tangga, bukan merupakan pertimbangan utama, maka penggunaan Ku Band dapat memberikan penawaran harga yang rendah dalam kaitannya dengan investasi dan biaya transponder. Kesederhanaan serta kemudahan instalasi telah membuat IP-VSAT Pita Lebar sangat menjanjikan. Akan tetapi aplikasi-aplikasinya masih sangat kurang, dan karenanya mengindikasikan bahwa masih perlu perjalanan panjang yang harus diltempuh.


Sumber: http://spacejournal.ohio.edu/issue8/cur_gregparl_indo.html diakses 25 Oktober 2013 20:31 WIB