Sabtu, 06 Oktober 2012

Melihat Semarang

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Malam hari kereta melaju, pagi harinya kami tiba di stasiun poncol. Pagi hari di kota itu membuat kantuk saya hilang dan bersiap menyantap soto ayam di dekat stasiun. Merogoh kocek 6000 rupiah membuat saya kaget karna begitu murah biaya hidup disini, rasanya sih gak enak tapi menurut dia pantas untuk dicoba ketika turun dari kereta, hanyalah sedikit ritualnya ketika sampai disini. Melanjutkan dengan angkutan umum menuju semarang atas.
Wisata malam kami pilih dan yang gratis tentunya, bermodalkan satu motor teman kami. Bukit gombel merupakan sisi menarik buat saya, menikmati pemandangan kota semarang dari atas dengan disuguhi minuman hangat dan bercerita. Tepatnya tidak jauh dari universitas Diponegoro. Keesokan hari kami merencanakan untuk menuju “masjid agung Jawa Tengah “ yang katanya memiliki menara yang dapat berputar. Cukup membayar parkir kendaraan maka kami dapat memasuki wilayah masjid agung, sunggung masjid yang indah dan megah pada sore hari dengan payung-payung raksasa di halaman depannya. Di halamannya terdapat menara, tetapi tidak berputar pada saat itu.




Memang menara tersebut yang temanku maksud. Cukup membayar tidak lebih dari 5.000 rupiah untuk naik ke atas menara tersebut. di dalamnya terdapat restoran, tidak salah untuk mencoba beberapa menu disini dan harganya, harga pelancong!. Sungguh bagus sekali pemandangan dari atas menara pada malam hari, masjid agung malam itu mengeluarkan keindahannya, kota semarang menampakan cahayanya.




Makin malam kami menuju kota lama, seperti kota tua di Jakarta. Terdapat bangunan-bangunan tua yang sedikit menyeramkan dengan arsitektur bangunan Belanda, memiliki pandangan yang bagus sebagai objek fotografi. daerah ini sangat sepi pada malam hari, saya sedikit berhati-hati didaerah ini akan tindak kejahatan tetapi sepertinya orang2 disekitar sini sangatlah ramah-ramah. mungkin pada siang hari akan banyak turis lokal maupun mancanegara mengunjungi objek wisata ini.





Tak habis disini perjalanan kami. Esok hari kami mempersiapkan diri menuju “bandungan”, yang kalo saya sebut di Jakarta adalah puncak tapi ini adalah puncaknya semarang. Jalan berkelok menggunakan kendaraan beroda dua. Cukup jauh perjalanan kesana sekitar kurang lebih 2 jam. Melewati daerah industri yang cukup macet. Sampai disana hari menjelang gelap, kami pun tidak dikecewakan dengan pemandangan yang ada disana. Terdapat kegiatan outbond juga yang dapat dilakukan. Disini buka hingga jam lima sore. Selain itu terdapat beberapa penginapan disini. Hal yang kurang dari wisata ini hanyalah akses jalan menuju tempat ini kurang baik diluar itu semua cukup baik menurut saya untuk dinikmati dan tanpa adanya tiket masuk untuk menikmati keindahan disini. Satu hal yang menarik dari kota ini adalah begitu banyaknya tempat karaoke dipinggir jalan yang membuat tanda tanya bagi saya, selain itu betapa murahnya harga makanan di kota ini, sungguh kota yang nyaman, sejuk dan aman menurut saya.



thanks for:
http://id.wikipedia.org/wiki/Semarang















Tidak ada komentar:

Posting Komentar