SATU.
Waktu silam membuktikan betapa gagahnya kami
Coretan itu membuktikan betapa besarnya semangat kami
Teriakan masa itu membuktikan betapa tak gentarnya kami
Tak ada yang dapat membelenggu kami, bahkan pemikiran kami
Kami bersatu membangun kekuatan jiwa menyatukan emosi
Mengepal tangan kami
Menyingsingkan lengan kami
Demi suburnya tanah ibu pertiwi
Sekarang kami hanyalah seonggok daging, segumpal darah
Tak berguna, ditunggangi bagai kuda
Tertiup bagai abu,Dicucuk bagai kerbau
Tak ada yang tersisa dari masa itu, hanyalah cerita…
Tak ada lagi hati-hati yang tergerak untuk ibu pertiwi
Seakan tak mendengar negeri ini menjerit…
Disiksa…
Diperkosa…
Dia..membutuhkan kami
Kami yang silam, kami yang satu.
SEPERTI SEBUAH PERMAINAN CATUR
Hidup itu tak hanya menang…
Hidup itu tak hanya tentang idealismu…
Hidup itu tak hanya kalah…
Hidup itu tak hanya tentang pemikiranmu…
Hidup ini tentang strategi,
Meyakinkan akan yang abu-abu menjadikan hitam dan putih
Penuh ke-kotak-kotakan hidup
Yang hidup berjuang untuk yang tiada, menjadi tak sia-sia
Hidup itu tentang pilihan,
Tak semua memiliki pilihan, dan yakin melangkah.
Yakinkan dalam hati… dan
tersadar bahwa…
Hidup ini seperti sebuah permainan catur
Hanya saja sedikit ditutupi untuk menyimpan misterinya..
Dialog Mulut dan
Telinga
Hey telinga.. lihat sekitarmu
Bertieriak padamu lantangnya, berapi-api, menggebu-gebu bak
cinderela kehabisan waktu
Perhatikan mereka begitu vocal, mencacimu lembut tanpa ampun
Membuatmu panas,ciut sesaat
Lihat mulut-mulut tanpa gincu meracau, lebih indah dari
camar di alam bebas
Kata-kata mutiara tajam keluar dari kaum-kaum yang dibilang
terdidik
Sambungan jeritan dari kesusahan dan penderitaan
Ungkapan kritis dari semua kepentingan
Entah itu sesuatu yang berkibar atau bergambar
Teruslah buat mereka berbicara wahai mulut, hingga panas
mulut meracau
Semakin lantang semakin aku tuli.
Silahkan saja, bebas kau berbicara,meracau, bergaduh
Tak berarti untukku wajib mendengar.
Ini demokrasi bukan, bebas berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar